MENGASUH ANAK VS MENGELOLA ANAK


SEP
Mengasuh Anak vs Mengelola Anak
Posted by Ariesandi Setyono
Mata rantai yang hilang dalam dunia pendidikan dan kewirausahaan di Indonesia : Pendidikan untuk menjadi orangtua profesional

Menjadi orangtua adalah suatu profesi yang sangat mulia. Namun sebagian besar dari kita tidak mengerti harus bagaimana mempersiapkannya. Ketika kita mempersiapkan pernikahan maka kita sibuk memikirkan acara pestanya. Kita sibuk memikirkan siapa yang akan diundang, gaun apa yang akan dikenakan pengantin wanita, makanan seperti apa yang akan dihidangkan, foto kenangan seperti apa yang akan dilakukan dan mungkin juga tempat tinggal seperti apa yang akan dihuni.

Banyak diantara pasangan muda yang menikah tidak mempersiapkan diri untuk mendidik anaknya. Mereka berpikir bahwa kalau menikah dan punya anak maka secara alami kita pasti bisa mendidiknya. Tidak perlu belajar. Tetapi setelah anaknya bermasalah barulah mereka sadar telah membuang waktu untuk belajar. Itupun untung jika masih sadar. Banyak yang tidak menyadarinya sampai tua.

Kebanyakan orangtua sekarang lebih mampu mengelola anaknya ketimbang mengasuh atau mendidiknya. Mengelola adalah kegiatan yang dilakukan dengan pikiran logis. Contohnya menyelesaikan pekerjaan rumah, mengikutkan anak les musik / balet / pelajaran, mengingatkan anak untuk makan, mandi dan tidur. Intinya tentang bagaimana membantu mereka melakukan apa yang ingin mereka lakukan dan menjadi apapun yang mereka inginkan yang sesuai dengan keinginan kita. Kita memperlakukan anak-anak seperti karyawan di kantor yang perlu dikontrol dan diawasi dengan seperangkat aturan.

Apakah dengan cara mengelola seperti itu sudah layak dan cukup disebut mengasuh dan mendidik? Pengasuhan merupakan kegiatan yang kita lakukan dengan pikiran dan juga perasaan. Hal tersebut meliputi memberi pelukan yang cukup banyak, memberi pujian dan menyemangati ketika anak-anak tertekan, memberikan kehangatan untuk menentramkan mereka dan memberikan mereka waktu berkualitas. Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah mengetahui siapa mereka dan membantunya menjadi seperti apa yang ada dalam dirinya. Bukan menjadikan mereka seperti apa yang kita inginkan.

Analogi yang paling buruk tentang pengasuhan anak adalah yang mengibaratkan anak seperti gumpalan tanah liat dan orangtua adalah pematungnya. Hal ini menggambarkan bahwa anak berada dalam pihak yang pasif dan tak berdaya sama sekali. Anak diposisikan tidak memberikan kontribusi dalam proses tumbuh kembangnya. Hal ini pada akhirnya gagal dan sangat merugikan perkembangan anak itu sendiri.

Analogi yang lebih baik adalah analogi bibit tanaman. Pohon kecil yang ditanam di taman semuanya mirip. Tapi ternyata mereka semua berbeda. Ada pohon pinus, pohon apel dan pohon mangga. Kita tidak membentuk mereka melainkan merawatnya sesuai dengan karakteristik yang telah ada.

Kita perlu mencari tahu pohon jenis apa. Setelah itu mempelajari apa yang mereka perlukan dan menyediakan apa yang diperlukan tersebut. Mungkin pupuk yang sesuai dan pasokan air yang memadai sesuai dengan semua sifatnya agar mencapai pertumbuhan optimal.

Dalam hal ini mengelola, membentuk, mengarahkan dan mengajari mendapatkan porsi. Mengasuh dan mendidik adalah selubung yang melingkupi semua hal tersebut. Mengasuh dan mendidik memerlukan kecakapan untuk menentukan kapan saat terbaik untuk mengelola, membentuk, mengarahkan dan mengajari anak sehingga dengan begitu si anak bisa menemukan memunculkan potensi dan karakteristik terbaik yang telah ada dalam dirinya.

Bagaimana dengan Anda? Apakah selama ini Anda lebih banyak mengelola atau mengasuh? Masih ada waktu untuk mengubah diri dan mempelajari banyak hal untuk membantu anak kita mengembangkan potensi terbaik dirinya. Segeralah ambil tindakan.

Ariesandi

Komentar dan masukan tentang artikel ini akan sangat bermanfaat bagi semua orang. Silakan isi form komentar di bawah ini. Terimakasih sebelumnya !

TUBUH SEHAT, ANAK PUN BERPRESTASI DAN PERCAYA DIRI


Tubuh sehat, anak pun berprestasi dan percaya diri



Senangnya... bisa bertemu dengan para mama dan bertukar info seputar pengasuhan anak. Ya, pada bulan Oktober hingga Desember 2010 berlangsung acara Parenting Goes to School yang bertema “Tubuh sehat, anak berprestasi dan percaya diri”. Acara yang terselenggara berkat kerjasama antara majalah Parenting Indonesia dengan LG Washing Machine ini berlangsung di TKK Penabur – Gading Serpong, Planet Kidz - Menteng, Kidsports - Pondok Indah, serta Highscope Indonesia - T.B. Simatupang.

Sejak pukul 09.00, para mama sudah berkumpul. Bahkan, mereka ’sibuk’ berfoto ala cover dengan si kecil di booth Star Studio. Heboh lho! Bayangkan saja, tiba-tiba, banyak mama yang menjadi stylist dadakan saat mengarahkan gaya anaknya, sehingga mengundang tawa mama lain dan fotografer dari Star Studio dan iXist. Dan, pada pukul 10.00, MC, Arlingga Panega atau Arif Tirtosudiro, membuka acara, yang dilanjutkan dengan bagi-bagi hadiah pada para mama yang berhasil menjawab pertanyaan seputar majalah Parenting Indonesia.

Lalu, di TKK Penabur – Gading Serpong dan Highscope Indonesia – T.B. Simatupang, psikolog anak, Roslina Verauli, M.Psi., menyampaikan presentasinya. “Sebenarnya, peran mama lebih pada menjaga dan memberi rasa aman pada anak. Sedangkan, peran papa adalah membangun rasa percaya diri anak melalui aktivitas yang dilakukan bersama. Misal, mencuci mobil, main perang-perangan, atau bahkan berkunjung ke kantor papa. Jadi, Anda perlu bekerjasama dengan pasangan untuk mengatasi anak yang pemalu,” katanya. Sedangkan di Planet Kidz – Menteng dan Kisports – Pondok Indah, pembicara talkshow adalah Anna Surti Ariani, S.Psi. (Psikolog), yang menjelaskan tip dan trik membuat si kecil lebih percaya diri. Ternyata, mudah kok. Anda harus membiarkannya melakukan sesuatu sendiri. Selain itu, Anda perlu mengajak si kecil aktif bergerak melalui permainan dan olahraga yang dilakukan bersama seluruh anggota keluarga. “Seimbangkan waktu belajar dan bermainnya ya, agar si kecil benar-benar menikmati masa kecilnya. Ia pun akan tumbuh menjadi anak yang berprestasi sekaligus percaya diri,” ujarnya.

Nah, peserta mendapat info tambahan seputar cara menjaga kesehatan si kecil. Dan, LG Washing Machine ikut pula berperan penting lho. Menurut Dhita Ayuningtyas (Public Relations for LG Home Appliances Product), LG Washing Machine mampu menjaga si kecil dari serangan alergi. Plusnya lagi, mesin cuci ini ramah lingkungan, hemat energi, dan berfitur lengkap. Pilihan yang pas!

Lalu, MC meminta lima mama dan anaknya bermain bareng. Caranya? Si kecil mengambil pakaian sesuai jenisnya, dan mama ’memperagakan’ cara mencuci pakaian tersebut. Ternyata, tak mudah mencuci dengan benar ya. Buktinya? Banyak mama yang kurang tepat melakukannya. Akhirnya. Dhita menjelaskan cara mencucinya dengan tepat!

Dan, tibalah saat yang ditunggu-tunggu, yakni pembagian doorprize dan hadiah best dressed. Acara pun dilanjutkan dengan foto bersama. “Jangan lupa, di-tag di facebook yaaa,” kata salah seorang peserta yang tampak ’sibuk’ bergaya. Pulang dari acara, para peserta tampak heboh menenteng goodie bag dari Parenting Indonesia dan LG Washing Machine, membawa foto ala cover, serta belanjaan, berupa buku-buku dari PT Gaya Favorit Press. Sampai bertemu di acara berikutnya ya, Ma! -VR, GR, ICA, & AR Foto: VR, Lufti, Pricillia, & Astrid

MEMBESARKAN ANAK DENGAN OPTIMIS


Membesarkan anak yang optimis



Inilah 6 cara untuk membantu anak Anda mendapatkan yang terbaik dari hidupnya ¯ dan mengapa hal ini sangat penting.

Atasi masalah bersama Bagaimana Anda bisa menceriakan harinya atau membuat anak Anda tetap di jalur yang benar kalau dia sendiri yang tiba-tiba menyerah? Nah, ulurkan tangan Anda saat si kecil terjatuh. Misal, saat ia takut meluncur sendirian di waterpark, tetaplah berada di sampingnya sampai dia merasa cukup berani. Ketika ia sudah berani meluncur sendiri, katakan, “Asyik, kan, bisa meluncur sendirian?”

Berikan pandangan baru Usahakan membuat anak selalu melihat masalah dengan perspektif yang berbeda dan tidak membiarkan masalah tersebut mengendap. Ternyata, hal ini bisa mengatasi masalah anak yang suka berlama-lama memikirkan sesuatu.

Ajak bermain Membantu anak mengatasi rasa sedih? Mudah saja. Buatlah anak menjadi lebih ceria. Caranya? Tanyakan padanya seputar hal seru yang baru-baru ini Anda lakukan bersamanya, atau tentang buku yang bisa membuatnya terbahak-bahak.

Galilah potensi terbaik anak “Kenali sifat anak Anda,” begitu saran penulis buku The Optimistic Child, Martin Seligman, Ph.D. Ketika ia mau berbagi mainannya dengan anak lain, misalnya, katakan, “Wah, kamu baik sekali!” Anak-anak yang selalu mendapat dukungan penuh dan rangsangan dari orangtuanya akan memiliki rasa percaya yang besar terhadap dirinya sendiri.

Lakukan beberapa tugas detektif Seringkali si kecil belum cukup untuk menguasai keterampilan baru yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu. Akibatnya, anak jadi menyalahkan dirinya sendiri. Hal ini bisa menumbuhkan rasa pesimistis terhadap kemampuannya. Kalau anak Anda begitu ingin melakukan aktivitas tertentu, biarkan dia tahu dengan sendirinya bagaimana cara melakukan aktivitas tersebut dengan cara yang terbaik.

Lihat sisi baik Kalau Anda menginginkan anak Anda memiliki pandangan yang positif, Anda sendiri harus memiliki pandangan serupa. Dan, pastikan tindakan Anda merefleksikan pandangan Anda.

Definisi pendidikan Usia Dini


Dari Wikipedia bahasa Indonesia

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
• Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
• Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
• Infant (0-1 tahun)
• Toddler (2-3 tahun)
• Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
• Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
Pendidikan alternative sebagai pilihan
• Taman Kanak-kanak (TK)
• Raudatul Athfal (RA)
• Bustanul Athfal (BA)
• Kelompok Bermain (KB)
• Taman Penitipan Anak (TPA)
• Satuan PAUD Sejenis (SPS)
• Sekolah Dasar Kelas Awal (kelas 1,2,3)
• Bina Keluarga Balita
• Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
• Keluarga
• Lingkungan

Salam Silahturohmi

ShoutMix chat widget

Blog Favorit