MENGHANTARKAN POTENSI TENGGELAM KAUM IBU bag 1


Menikah menjadi salah satun kewajiban bagi remaja putri yang ingin menyempurnakan separuh dien dan mempunyai keturunan. Tentu rutinitas harian sebelum dan sesudah menikah jauh berbeda, apalagi sudah diamanahi buah hati. Konsentrasi, waktu, fikiran dan tenaga tercurah nya seutuhnya dari terbukanya mata dipagi hari sampai terpejamnya mata kembali.  Dengan rutinitas kewajiban yang menoton setiap hari, terkadang membuat jiwa kering atau akan haus, rindu. Merawat, mengasuh dan mendidik anak anak bukan pekerjaan yang sepeleh seperti mengejakan aktivitas mencuci, mengepel, membersihkan rumah, sampai urusan memasak, dengan pekerjaan tersebut kadang banyak waktu yang sudah tersita, sedangkan merawat dan mendidik anak – anak jauh lebih membutuhkan ekstra tenaga dan kesabaran, lantas dimana ada waktu bagi kaum istri dan ibu dalam mengembangkan potensi dirinya.
                Dunia bagaikan gelap, menjenuhkan, gini toh rasanya nikah, banyak keluhan keluhan teman – teman terutama ibu ibu muda yang sebelumnya aktivis dikampus lantas memutuskan atau tanpa persetujuan lingkungan dan suami, berhenti total dari aktivitas diluar, dan beralih peran menjadi ibu rumah tangga utuh . tidak salah sama sekali, seorang wanita memliki profesi ibu rumah tangga, memang itu pekerjaan yang sangat mulia, menjadi kewajiban yang dapat menghantarkan diri kesyurga, sebagai bentuk pengabdian kepada suami dan agama, tetapi tentu ada yang salah jika calon istri dan ibu itu sebelumnya mempunyai kemampuan manjerial, mengajar, menulis, akutansi, membangun ide kreatif, dan berbagain kelebihan lainnya harus menghadapin kenyataan bahwa potensi non- domestic mereka lenyap setelah menikah.


Dalam sebuah penelitian disurabya, bu Elly risman, psi, banyak pasangan yang tidak harmonis karena mereka tidak saling mendukung untuk menjaga kesetiaan, pembagian tanggung jawab masing – masing suami istri tidak berjalan seperti mana mestinya, dan rongrongan ekonomi yang menggerus keutuhan rumah tangga.
                Puncak kenikmatan sebuah pernikahan bukan dicapai melalui penyatuan fisik saja, melainkan melaui penyatuan emosional, dan spiritual yang saling menumbuh kembangkan.
Pernikahan adalah sarana pembelajaran yang kontinu. Baik untuk mempelajari karakter pasangan ataupun meng-uprade diri masing – masing. Karenanya sangat penting bagi seseorang bersama pasanganya untuk membangun komitmen pengembangan diri kedepan, baik diawal maupun sepanjang pernikahan seiring dinamika rumah tangganya.


apakah anda telah mengenal istri anda dengan seksama ?

Apakah anda mengetahui dengan baik titik kekuatan dan kelemahanya?
Bilan anda ingin mencintai dengan kuat, maka anda harus mampu memerhatikan dengan baik, menerimanya apa adanya dengan tukus, lalu berusaha mengembangkannya semaksimal mungkin, kemudian merawatnya, menjaganya dengan sabar. Anis matta.

Para feminis barat sering melancarkan kritik terhadap rumah tangga muslim. Dalam bayangan mereka perempuan yang menikah itu sama dengan menyerahkan diri bulat – bulat untuk beradah dibawah naungan dominasi laki- laki. Perempuan tidak boleh menyuarakan pendapatnya,aktivitasnya dibatai hanya dirumah saja,tugasnya hanya melayani suami saja, tanpa ada kewajiban sisuami untuk secara timbale balik memperhatikan istrinya.
Sebenarnya konsep islam jauh berbeda dari fikiran kaum feminis barat.

Suami memiliki tugas pemimpin ( qawwam), sahabat sekaligus kekasih bagi istrinya. Sebagai pemimpin suami wajib memberikan arahan koridor yang benar sesuai ajaran islam.
Suami sebagai sahabat istri
Ia menjadi tempat istri bercerita kala hatinya gundah dalam menghadapin problema hidup, dan berbagi ketika mendapat kebahagiaan. Dan juga sebaliknya demikian istri, sehingga saling bersinergi saling mendukung.
Suami menjadi kekasih istri
Dengannya istri bisa menyalurkan cinta kasih yang halal, tenang dan nyaman, sudah menjadi fitrah manusia yang senang mendapat perhatian, pujian, kasih saying, apalagi itu diberikan dari pasangan. Islam memfasilitasi dalam konsep pernikahan.

MENGEMBANGKAN POTENSI BUKAN BERARTI MEMBAKANG ATURAN AGAMA BERKIPRAH DILUAR.
Sebelumnya perempuan harus mengetahui posisi dirinya terlebih dahulu,
“sebaik baik tempat seorang istri itu dirumah”
Namun bukan berarti islam melarang beraktivitas diluar rumah. Selama syarat fungsi sebagai istri dan ibu tidak terganggu.

Banyak perempuan teracuni pradigma barat yang menyatakan”perempuan sukses itu yang memiliki carier yang cemerlang, jabatan tinggi, gaji besar”.dalam islam, perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang bertingkat:
Tanggung jawab dirumah
Tanggung jawab social
Tanggung jawab secara khusus( sesuai dengan bakat atau potensi yang dimilikinya.
Jika bisa menyeimbangkan semua peran tersebut secara optimal barulah layak disebut perempuan sukses.

Setiap manusia dilahirkan dengan memiliki potensi masing – masing, suami harus melihat dimanakah potensi sang istri. Selain menggali potensi istri suami juga wajib memfasilitasi untuk mengembangkannya.

Pengembangan potensi kaum ibu, jauh lebih banyak manfaat yang didapat, jika kualitas kaum ibu baik, maka akan melahirkan keturunan yang baik juga, karena mereka tahu betul bagaimana caranya memberikan gizi yang baik bagi anak dan keluarga, tidak hanya gizi makanan, tetapi gizi pendidikan, gizi spiritual, gizi emosional, sehingga bisa menghantarkan kualitas anak – anak yang baik juga, terlebih kaum perempuan ini mau berkontribusi kebaikan bagi masyarakat sekitar.
Dari semua pengembangan pontensi kaum ibu pertama kali adalah pasangan hidupnya, yaitu suami tercinta, ini hal yang paling penting, dengan dukungan materi ( fasilitas ) dan moril 
( pembagian tugas dirumah saat istri berkiprah ) tentunya jauh lebih mempermudah.

Semoga catatan kecil ini bermanfaat .






0 komentar:

Posting Komentar

Salam Silahturohmi

ShoutMix chat widget

Blog Favorit